--> Skip to main content

Tafsir Surah Yusuf Ayat 1 Sampai 42 [1-42]

Surah Yusuf adalah Surah yang ke 12 dalam Al-Qur'an, Surah ini Surah Makiyyah yaitu Surah yang di turunkan di Mekkah. 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-3: Al Qur’anul Karim merupakan mukjizat, baik pada lafaznya, hurufnya, hukum-hukumnya, berita-beritanya, maupun pada syariatnya.

الر تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ (١) إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (٢) نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ [٣

Terjemah Surat Yunus Ayat 1-3

1. Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat kitab (Al Quran) yang jelas[1].
2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an berbahasa Arab, agar kamu mengerti[2].
3.[3] Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik[4] dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui[5].

Ayat 4-6: Kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam, dan bahwa mimpi para nabi adalah benar, sedangkan mimpi bagi kaum mukmin adalah sebagai kabar gembira baginya.

إِذْ قَالَ يُوسُفُ لأبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ (٤) قَالَ يَا بُنَيَّ لا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ (٥) وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيلِ الأحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِ يَعْقُوبَ كَمَا أَتَمَّهَا عَلَى أَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (٦

Terjemah Surat Yunus Ayat 4-6
4. (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku[6]! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku[7]."
5. Dia (ayahnya) berkata[8], "Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu[9]. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia[10]."
6. Dan demikianlah, Tuhanmu memilih engkau[11] dan mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi dan menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu (dengan menjadikanmu nabi) dan kepada keluarga Ya'qub[12], sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orang kakekmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sungguh, Tuhanmu Maha Mengetahui[13] lagi Mahabijaksana[14].

Ayat 7-14: Penyakit hasad dan bahayanya bagi masyarakat, serta peringatan kepada para orang tua agar bersikap adil kepada anak-anaknya baik dalam mu’amalah maupun lainnya

لَقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِينَ (٧) إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٨) اقْتُلُوا يُوسُفَ أَوِ اطْرَحُوهُ أَرْضًا يَخْلُ لَكُمْ وَجْهُ أَبِيكُمْ وَتَكُونُوا مِنْ بَعْدِهِ قَوْمًا صَالِحِينَ (٩) قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ لا تَقْتُلُوا يُوسُفَ وَأَلْقُوهُ فِي غَيَابَةِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (١٠) قَالُوا يَا أَبَانَا مَا لَكَ لا تَأْمَنَّا عَلَى يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُ لَنَاصِحُونَ (١١) أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (١٢) قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُونَ (١٣) قَالُوا لَئِنْ أَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّا إِذًا لَخَاسِرُونَ (١٤

Terjemah Surat Yunus Ayat 7-14

7. Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)[15] bagi orang yang bertanya[16].

8. Ketika mereka berkata[17], "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat). Sungguh, ayah kita dalam kekeliruan yang nyata[18].

9. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat (yang jauh) agar perhatian ayah tertumpah kepadamu, dan setelah itu kamu menjadi orang yang baik[19]."

10. Seorang[20] di antara mereka berkata, "Janganlah kamu membunuh Yusuf[21], tetapi masukkan saja dia ke dasar sumur agar dia dipungut oleh sebagian musafir[22], jika kamu hendak berbuat."

11. Mereka berkata, "Wahai ayah kami! Mengapa engkau tidak mempercayai kami terhadap Yusuf[23], padahal sesungguhnya kami semua menginginkan kebaikan baginya.

12. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi[24], agar dia bersenang-senang dan bermain-main, dan kami pasti menjaganya[25]."

13. Dia (Ya'qub) berkata, "Sesungguhnya kepergian kamu bersama dia (Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku khawatir dia dimakan serigala[26], sedang kamu lengah darinya[27]."

14. Mereka berkata, "Jika dia dimakan serigala, padahal kami kelompok (yang kuat), kalau demikian tentu kami orang-orang yang rugi[28]."

[1] Lafaz dan maknanya jelas. Diterangkan di sana kebenaran secara jelas. Di antara contoh jelasnya adalah Allah menurunkannya dengan bahasa Arab, bahasa mereka agar mereka mengerti batasan-batasannya, masalah dasar maupun cabang, dan mengerti perintah-perintah dan larangan-larangannya.

[2] Sehingga kamu dapat mengamalkannya, pemahamanmu bertambah karena pengulangan makna-maknanya yang tinggi lagi mulia di pikiranmu, sehingga kamu mau merubah diri dari keadaan yang satu kepada keadaan yang lain yang lebih baik dan lebih sempurna, dan inilah tarbiyah (pendidikan) yang sesunguhnya.

[3] Ibnu Rahawaih meriwayatkan dengan sanadnya dari Mush’ab bin Sa’ad dari Sa’ad tentang firman Allah, “Nahnu naqushshu ‘alaika…dst.” Ia berkata, “Allah menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Beliau membacakannya kepada mereka (para sahabat) sekian lama. Lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah, Andai saja engkau menceritakan kisah kepada kami?” maka Allah menurunkan ayat, “Alif, lam, raa. Tilka aayaatul kitaabil mubiin…sampai nahnu naqushshu ‘alaika ahsanal qashashi…dst.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membacakannya kepada mereka sekian lama, lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah, andai saja engkau menceritakan kepada kami?” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Allahu nazzala ahsanal hadiitsi kitaabam mutasyaabihan…dst.” (Az Zumar: 23). Syaikh Muqbil berkata, “Hadits ini para perawinya adalah para perawi kitab shahih selain Khallad Ash Shaffar, ia adalah tsiqah, dan saya tidak lanjutkan haditsnya karena tidak bersambung. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam shahihnya sebagaimana dalam Az Zawaa’id hal. 432, Ibnu Jarir juz 12 hal. 150, Hakim dalam Al Mustadrak juz 2 hal. 345, ia berkata, “Shahih isnadnya”, dan didiamkan oleh Adz Dzahabi.

[4] Yang demikian karena kebenarannya, kehalusan kata-katanya dan keindahan maknanya.

[5] Sebelumnya, kamu tidak mengetahui apa kitab dan apa iman?

[6] Bapak Yusuf ‘alaihis salam. adalah Ya'qub putera Ishak putera Ibrahim ‘alaihis salam.

[7] Mimpi didahulukan, bahwa Yusuf akan memperoleh ketinggian di dunia dan akhirat. Demikianlah, apabila Allah menghendaki terjadi peristiwa besar, maka Allah dahulukan mukaddimah (pengantarnya) agar siap dan mempermudah urusannya, dan agar hamba siap menerima beban yang akan dihadapinya, yang demikian karena kelembutan Allah kepada hamba-Nya dan ihsan-Nya.

[8] Nabi Ya'qub 'alaihis salam mengetahui ta’wil mimpi itu, bahwa sebelas bintang itu adalah saudaranya, matahari adalah ibunya, sedangkan bulan adalah bapaknya, dan bahwa keadaan akan berubah sehingga akan membuat semua anggota keluarganya memuliakannya. Ketika ta’wil mimpi itu jelas maksudnya bagi Yusuf, maka bapaknya berkata eperti yang disebutkan di atas.

[9] Karena mereka akan mengetahui takwilnya, bahwa engkau akan berada di atas mereka, akhirnya mereka hasad dan kan membunuhmu.

[10] Ia (setan) tidak pernah berhenti berusaha menggelincirkan kamu di malam maupun siang hari, dan berusaha mencari jalan untuk mencerai-beraikan kamu. Oleh karena itu, menjauhi sebab yang bisa membuat setan menguasai seorang hamba lebih diutamakan. Maka Nabi Yusuf ‘alaihis salam mengikuti saran bapaknya dan tidak memberitahukan kepada saudara-saudaranya.

[11] Dengan mengauruniakan kepadamu sifat-sifat yang mulia dan perilaku yang baik.

[12] Yakni anak keturunannya.

[13] Terhadap makhluk-Nya.

[14] Dalam tindakan-Nya terhadap mereka.

[15] Ada yang menafsirkan, “Terdapat pelajaran-pelajaran bagi orang yang bertanya.”

[16] Baik menyatakan di lisan, maupun menyatakan dengan sikap yang menunjukkan penasaran. Bagi mereka akan bermanfaat kisah itu, karena yang demikian menunjukkan perhatian mereka terhadapnya, berbeda dengan orang yang kurang peduli atau berpaling, maka kisah itu tidak bermanfaat bagi mereka.

[17] kepada sesamanya.

[18] Karena mengutamakan keduanya tanpa sebab yang mengharuskan demikian dan tanpa suatu hal yang kita saksikan.

[19] Menjadi orang yang baik maksudnya, setelah mereka membunuh Yusuf ‘alaihis salam, mereka bertobat kepada Allah serta mengerjakan amal-amal saleh. Mereka dahulukan niat untuk bertobat sebelum munculnya perbuatan itu yang menunjukkan sikap enteng mereka terhadap perbuatan itu, menghilangkan kesan buruknya dan mendorong satu sama lain untuk melakukannya.

[20] Ada yang mengatakan, bahwa dia adalah Yahudza.

[21] Yakni karena membunuh merupakan perkara besar, dan masih ada cara untuk mencapai tujuan itu.

[22] Yang hendak pergi ke tempat yang jauh.

[23] Yakni karena sebab apa engkau merasa khawatir terhadap tindakan kami kepada Yusuf?

[24] Ke gurun.

[25] Kaa-kata ini dimaksudkan agar bapak mereka (Ya’qub) melepas Yusuf pergi bersama mereka.

[26] Hal itu, karena daerah mereka banyak serigala.

[27] Yakni sibuk dengan urusan kamu sendiri.

[28] Maksudnya menjadi orang-orang yang pengecut yang hidupnya tidak ada artinya.

Ayat 15-18: Menerangkan tentang kelembutan Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada orang-orang yang taat kepada-Nya, agar tidak tertipu dengan tangisan orang-orang zalim (tangisan buaya), dan menerangkan tentang bahaya dusta

فَلَمَّا ذَهَبُوا بِهِ وَأَجْمَعُوا أَنْ يَجْعَلُوهُ فِي غَيَابَةِ الْجُبِّ وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِأَمْرِهِمْ هَذَا وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ (١٥) وَجَاءُوا أَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُونَ (١٦) قَالُوا يَا أَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ (١٧) وَجَاءُوا عَلَى قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ (١٨)

Terjemah Surat Yusuf Ayat 15-18

15.[1] Maka ketika mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur[2], Kami wahyukan kepadanya[3], "Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan ini kepada mereka, sedang mereka tidak menyadari."

16. Kemudian mereka datang kepada ayah mereka pada sore hari sambil menangis[4].

17. Mereka berkata, "Wahai ayah Kami! Sesungguhnya kami pergi berlomba[5] dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan engkau tidak akan percaya kepada kami[6], sekalipun kami berkata benar[7]."

18. Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu[8]. Dia (Ya'kub) berkata, "Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu[9]; maka hanya bersabar yang baik[10] itulah (yang aku lakukan). Dan hanya kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan."

Ayat 19-22: Nabi Yusuf ‘alaihis salam bersama pembesar Mesir, dan bagaimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberikan tempat kepada Beliau di bumi

وَجَاءَتْ سَيَّارَةٌ فَأَرْسَلُوا وَارِدَهُمْ فَأَدْلَى دَلْوَهُ قَالَ يَا بُشْرَى هَذَا غُلامٌ وَأَسَرُّوهُ بِضَاعَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَعْمَلُونَ (١٩) وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ (٢٠)وَقَالَ الَّذِي اشْتَرَاهُ مِنْ مِصْرَ لامْرَأَتِهِ أَكْرِمِي مَثْوَاهُ عَسَى أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَكَذَلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الأرْضِ وَلِنُعَلِّمَهُ مِنْ تَأْوِيلِ الأحَادِيثِ وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٢١) وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (٢٢

Terjemah Surat Yusuf Ayat 19-22

19. Kemudian datanglah sekelompok musafir[11], mereka menyuruh seorang pengambil air. Lalu dia menurunkan timbanya. Dia berkata, "Oh; senangnya, ini ada seorang anak muda!" Kemudian mereka[12] menyembunyikan perkaranya (sambil menjadikan) sebagai barang dagangan[13]. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

20. Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah, yaitu beberapa dirham saja[14], sebab mereka tidak tertarik kepadanya[15].

21. Dan orang dari Mesir yang membelinya[16] berkata kepada isterinya[17], "Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita[18] atau kita pungut dia sebagai anak[19]." Dan demikianlah[20] Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir)[21], dan agar Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi[22]. Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.

22. Dan ketika dia telah cukup dewasa[23] Kami berikan kepadanya Hikmah[24] dan ilmu[25]. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik[26].

Ayat 23-29: Rayuan istri Al ‘Aziz kepada Yusuf ‘alaihis salam, dan bagaimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala melindungi Nabi-Nya dan menjaganya dari maksiat, haramnya berduaan dengan wanita yang bukan mahram, serta perintah menjaga kehormatan rumah tangga


وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الأبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (٢٣) وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ (٢٤) وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُ مِنْ دُبُرٍ وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَى الْبَابِ قَالَتْ مَا جَزَاءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوءًا إِلا أَنْ يُسْجَنَ أَوْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٢٥) قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِي عَنْ نَفْسِي وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ أَهْلِهَا إِنْ كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (٢٦) وَإِنْ كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصَّادِقِينَ (٢٧) فَلَمَّا رَأَى قَمِيصَهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُ مِنْ كَيْدِكُنَّ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ (٢٨) يُوسُفُ أَعْرِضْ عَنْ هَذَا وَاسْتَغْفِرِي لِذَنْبِكِ إِنَّكِ كُنْتِ مِنَ الْخَاطِئِينَ (٢٩

Terjemah Surat Yusuf Ayat 23-29
23.[27] Dan perempuan[28] yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, "Marilah mendekat kepadaku." Yusuf berkata, "Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik[29]." Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak akan beruntung.

24. Sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya[30]. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan[31] dan kekejian[32]. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih[33].

25.[34] Dan keduanya berlomba menuju pintu dan perempuan itu menarik baju gamisnya (Yusuf) dari belakang hingga koyak dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu. Dia (perempuan) itu berkata[35], "Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan siksa yang pedih[36]?"

26. Dia (Yusuf) berkata, "Dia yang menggodaku dan merayu diriku[37]." Seorang saksi dari keluarga perempuan[38] itu memberikan kesaksian, "Jika baju gamis koyak di bagian depan, maka perempuan itu benar dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta[39].

27. Dan jika baju gamisnya koyak di bagian belakang, maka perempuan itulah yang dusta, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang benar[40]."

28. Maka ketika dia (suami wanita itu) melihat baju gamisnya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia berkata, "Sesungguhnya ini[41] adalah tipu dayamu. Tipu dayamu benar-benar hebat."

29. Wahai Yusuf! Lupakanlah ini[42], dan (kamu wahai isteriku) mohonlah ampunan atas dosamu, karena engkau termasuk orang yang bersalah."

[1] Setelah mereka mengemukakan alasan agar Yusuf dilepas bersama mereka, kemudian segala alasan yang menghalangi mereka jawab, maka Nabi Ya’qub ‘alaihis salam akhirnya melepas Beliau pergi bersama mereka.

[2] Mereka pun melakukannya. Mereka lepaskan bajunya setelah Beliau dipukuli terlebih dahulu dan dihinakan bahkan sampai hendak dibunuh, lalu mereka turunkan ke dalam sumur (sumur ersebut bagian bawahnya agak luas sedangkan bagian atasnya sempit). Ketika sampai di pertengahan sumur, mereka jatuhkan agar Beliau mati, namun Beliau terjatuh ke dalam air (tidak terkena batu yang ada di bawah), lalu Yusuf mendatangi batu yang ada di sana. Kemudian mereka memanggil Yusuf dari atas, maka Yusuf menjawabnya karena ia mengira bahwa mereka berubah menjadi kasihan terhadapnya, ternyata mereka malah hendak menimpakan batu besar kepada Beliau, maka Yahudza melarang mereka.

[3] Saat Beliau berada di dalam sumur untuk menenteramkan hatinya, sedang usia Beliau ketika itu 17 tahun atau kurang.

[4] Kedatangan mereka pada sore hari (terlambat) dan sambil menangis dimaksudkan agar menjadi penguat terhadap ucapan mereka.

[5] Yakni berlomba lari atau panah-memanah.

[6] Karena kecintaanmu kepada Yusuf dan persangkaanmu yang buruk terhadap kami.

[7] Kata-kata ini dan apa yang disebutkan pada ayat selanjutnya membantu menguatkan ucapan mereka.

[8] Mereka menggunakan darah anak kambing (sebagaimana disebutkan Mujahid, As Suddiy dan lainnya) yang mereka sembelih untuk melumuri baju gamisnya, namun mereka lupa tidak merobek-robek baju itu sehingga Nabi Ya’qub mengetahui kedustaannya.

[9] Yaitu menjauhkan aku dengan Yusuf.

[10] Kesabaran yang baik adalah kesabaran yang bersih dari sikap marah-marah, keluh kesah, dan dari mengadu kepada makhluk, serta menjadikan dirinya mengadu kepada Allah, memohon pertolongan kepada-Nya terhadap hal itu, dan tidak bersandar kepada kemampuannya.

[11] Yang datang dari Madyan menuju Mesir, lalu mereka singgah di dekat sumur di mana Yusuf berada. Muhammad bin Ishaq berkata, “Ketika saudara-saudara Yusuf melempar Yusuf ke sumur, mereka duduk-duduk di sana pada hari itu menunggu apa yang akan dilakukan Yusuf atau yang akan terjadi padanya, maka Allah mengarahkan sekelompok musafir kepadanya yang kemudian singgah di dekat sumur itu. Mereka pun mengutus seorang pengambil air, yakni orang yang diminta mengambilkan air. Ketika ia mendatangi sumur itu dan melepaskan timbanya, Yusuf bergantung ke timba itu, lalu pengambil air itu menariknya dan merasa gembira sambil berkata, “Oh senangnya, …dst.”

[12] “Mereka” di sini menurut sebagian mufasir (ahli tafsir) adalah orang-orang yang mendatangi sumur itu, sedangkan menurut mufasir lain adalah saudara-saudara Yusuf yang berada di dekat sumur.

[13] Maksud ayat, "mereka menyembunyikan perkaranya” ada beberapa tafsiran. Menurut Mujahid, As Suddiy dan Ibnu Jarir, bahwa orang-orang yang mendatangi sumur menyembunyikan perkara sebenarnya dari kelompok musafir lainnya dan berkata, “Kami membeli anak ini dari para pemilik air” karena khawatir mereka mengambil bagiannya jika mengetahui keadaan yang sebenarnya. Namun menurut yang lain, bahwa saudara-saudara Yusuf (yang ketika itu berada di dekat sumur pula) menyembunyikan keadaan saudaranya, bahwa ia saudara mereka, dan mengatakan, “Ini adalah budak kami yang melarikan diri.” Yusuf pun diam karena khawatir saudara-saudaranya akan membunuhnya dan ia lebih memilih dijual-belikan atau dijadikan barang dagangan oleh saudara-saudaranya. Kemudian saudara-saudara Yusuf menjualnya dengan harga yang rendah, yaitu beberapa dirham saja seperti yang disebutkan dalam ayat selanjutnya karena mereka ingin menjauhkan Beliau dari bapaknya.

[14] Menurut Ibnu Mas’ud, mereka menjualnya seharga 20 dirham. Sedangkan menurut ‘Ikrimah, mereka menjualnya seharga 40 dirham, walahu a’lam.

[15] Mereka di sini bisa kembalinya kepada sekelompok musafir, yakni mereka tidak tertarik kepada Yusuf karena dia anak temuan dalam perjalanan. Mereka khawatir kalau pemiliknya datang mengambilnya. Oleh karena itu, mereka segera menjualnya meskipun dangan harga yang murah. Bisa juga kata “mereka” di sini kembalinya kepada saudara-saudara Yusuf karena mereka membencinya, wallahu a’lam.

[16] Dari sekelompok musafir.

[17] Orang Mesir yang membeli Yusuf ‘alaihis salam itu seorang menteri negara bernama Qithfir, sebagai pemegang harta kekayaan negeri Mesir, sedangkan istrinya bernama Ra’il (demikian menurut Ibnu Abbas), namun yang lain mengatakan, bahwa nama istrinya adalah Zulaikha. Raja Mesir ketika itu bernama Ar Rayyan bin Al Walid seorang yang berasal dari kaum ‘Amaliq. Qithfir kemudian membelinya dengan harga 20 dinar ditambah dua pasang sandal dan dua buah baju.

[18] Sebagaimana budak memberikan banyak pelayanan kepada tuannya.

[19] Mungkin keduanya belum punya anak seingga ingin menjadikannya sebagai anak.

[20] Yakni sebagaimana Kami menyelamatkan Yusuf dari pembunuhan, ketika berada di sumur, dan dijadikan hati Qithfir sayang kepadanya.

[21] Melalui jalan ini.

[22] Ketika Beliau tinggal di sana tanpa diberikan banyak kesibukan dan perhatian Beliau tertuju kepada ilmu, maka yang demikian menjadi sebab Beliau banyak memperoleh ilmu, ilmu tentang hukum-hukum, takwil mimpi, dan lainnya.

[23] Yaitu ketika Beliau semakin kuat baik batin maupun zhahir (fisik); kuat memikul beban-beban kenabian dan kerasulan, yaitu ketika berusia 30 atau 33 tahun.

[24] Maksudnya, dijadikan nabi dan rasul.

[25] Yakni pemahaman terhadap agama.

[26] Baik dalam beribadah kepada Allah maupun dalam bergaul dengan hamba-hamba Allah. Allah memberikan balasan kepada mereka yang berbuat baik atas kebaikan mereka dengan ilmu yang bermanfaat, Allahummaj’alnii minhum, Allahummaj’alnii minhum, Allahummaj’alnii minhum, Allahumma aamin.

[27] Ayat ini dan setelahnya menerangkan ujian yang dialami Nabi Yusuf ‘alaihis salam, dan ujian ini lebih berat daripada ujian sebelumnya dari saudara-saudaranya. Hal itu, karena kesabaran dalam ujian ini adalah kesabaran atas dasar pilihan dengan banyak pendorong untuk melakukannya, namun Beliau lebih mengutamakan kecintaan Allah daripada menuruti hawa nafsunya. Adapun kesabarannya terhadap ujian yang diterimanya dari saudara-saudaranya adalah kesabaran karena terpaksa sebagaimana kesabaran terhadap penyakit dan musibah yang menimpa seseorang tanpa ada pilihan di sana, di mana tidak ada sikap lain selain harus tetap bersabar.

[28] Yakni Zulaikha.

[29] Sehingga tidak mungkin aku akan mengkhianati orang yang telah berbuat baik kepadaku, dan yang demikian adalah kezaliman, sedangkan orang-orang yang zalim tidak akan beruntung.

[30] Ayat ini tidaklah menunjukkan bahwa Nabi Yusuf ‘alaihis salam mempunyai keinginan yang buruk terhadap wanita itu (Zulaikha), akan tetapi godaan itu demikian besanya sehingga jika dia tidak dikuatkan dengan tanda dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang menghalanginya tentu dia jatuh ke dalam kemaksiatan. Tentang tanda dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan, bahwa dibayangkan kepadanya wajah bapaknya Ya’qub ‘alaihis salam, atau dibayangkan kepadanya wajah tuannya, atau dilihat atap di atasnya tulisan yang isinya melarang berbuat zina, dan ada yang mengatakan bahwa tanda tersebut adalah ilmu dan iman yang ada pada dirinya yang membuatnya meninggalkan larangan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, wallahu a’lam.

[31] Yaitu sifat khianat.

[32] Yaitu zina.

[33] Dalam sebuah qira’at dibaca dengan “mukhlishin”, yang artinya termasuk orang-orang yang ikhlas dalam ketaatan.

[34] Kemudian Yusuf pergi ke pintu untuk melarikan diri dari wanita itu.

[35] Untuk membersihkan dirinya.

[36] Yakni dipukuli.

[37] Ketika itu perkataan Zulaikha mengandung kemungkinan benar atau salah, namun belum dapat dipastikan. Akan tetapi, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan untuk kebenaran dan kejujuran tanda yang menunjukkan terhadapnya, terkadang manusia mengetahui dan terkadang tidak.

[38] Yaitu putera pamannya. Ada yang mengatakan, bahwa ia masih kecil dalam buaian berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani bahwa tidak ada yang dapat berbicara dalam buaian selain empat orang: Nabi Isa, saksi Yusuf, kawan Juraij, dan anak tukang sisir Fir’aun. Namun hadits ini dha’if, didha'ifkan oleh Syaikh Al Albani dalam Dha’iful Jaami’: 2140. Pendapat yang rajih (kuat), bahwa saksi tersebut adalah orang yang sudah dewasa dan berjanggut berdasarkan perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma.

[39] Karena jika demikian berarti Yusuf yang mendatanginya dan si wanita menolaknya.

[40] Karena jika demikian, berarti Yusuf berpaling darinya namun ditarik oleh wanita itu.

[41] Yani ucapan istrinya, “Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan siksa yang pedih?”

[42] Maksudnya, rahasiakanlah peristiwa ini agar tidak tersebar. Namun kenyataannya malah tersebar seperti yang tersebut dalam ayat selanjutnya, di mana kaum wanita membicarakannya sehingga mencela istri Al ‘Aziz.

Ayat 30-35: Gantengnya Nabi Yusuf ‘alaihis salam, terpesonanya kaum wanita negeri itu dengan kegantengan Beliau serta penjagaan Allah kepada Beliau

وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٣٠) فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلا مَلَكٌ كَرِيمٌ      (٣١) قَالَتْ فَذَلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ وَلَقَدْ رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِنَ الصَّاغِرِينَ (٣٢)قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ  (٣٣) فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (٣٤) ثُمَّ بَدَا لَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا رَأَوُا الآيَاتِ لَيَسْجُنُنَّهُ حَتَّى حِينٍ (٣٥

Terjemah Yusuf Ayat 30-35

30. Dan perempuan-perempuan di kota[1] berkata, "Istri Al Aziz[2] menggoda dan merayu pelayannya untuk menundukkan dirinya, pelayannya benar-benar membuatnya mabuk cinta[3]. Kami pasti memandang dia dalam kesesatan yang nyata[4]."

31. Maka ketika perempuan itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka[5], diundangnyalah perempuan-perempuan itu dan disediakannya tempat duduk[6] bagi mereka, dan kepada masing-masing mereka diberikan sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf), "Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya, mereka terpesona kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri. Seraya berkata, "Mahasuci Allah, ini bukanlah manusia. Ini benar-benar malaikat yang mulia[7]."

32. Ia (istri Al ‘Aziz) berkata, "Itulah orangnya yang menyebabkan kamu mencela aku karena (aku tertarik) kepadanya, dan sungguh aku telah menggoda untuk menundukkan dirinya tetapi dia menolak. Jika dia tidak melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan, dan dia akan menjadi orang yang hina."

33. [8]Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka[9]. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka)[10] dan tentu aku termasuk orang yang bodoh[11]."

34. Maka Tuhan memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka[12]. Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

35. Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai waktu tertentu[13].


Ayat 36-37: Masuknya Nabi Yusuf ‘alaihis salam ke penjara, dakwah Beliau dalam penjara, penjelasan bahwa para nabi diuji dengan berbagai penderitaan, serta pengaruh ujian itu dalam berdakwah kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala

وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيَانِ قَالَ أَحَدُهُمَا إِنِّي أَرَانِي أَعْصِرُ خَمْرًا وَقَالَ الآخَرُ إِنِّي أَرَانِي أَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِي خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيلِهِ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (٣٦) قَالَ لا يَأْتِيكُمَا طَعَامٌ تُرْزَقَانِهِ إِلا نَبَّأْتُكُمَا بِتَأْوِيلِهِ قَبْلَ أَنْ يَأْتِيَكُمَا ذَلِكُمَا مِمَّا عَلَّمَنِي رَبِّي إِنِّي تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَهُمْ بِالآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ (٣٧

Terjemah Yusuf Ayat 36-37

36. Dan bersama dia masuk pula dua orang pemuda[14] ke dalam penjara. Salah satunya berkata, "Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur," dan yang lainnya berkata, "Aku bermimpi, membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung." Berikanlah kepada kami takwilnya. Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang yang berbuat baik (kepada orang lain).

37. Dia (Yusuf) berkata, "Makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua (ketika mimpi) aku telah dapat menerangkan takwilnya, sebelum (kejadiannya) sampai kepadamu. Itu sebagian dari yang diajarkan Tuhan kepadaku[15]. Sesungguhnya aku meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka tidak percaya kepada hari akhirat.

Ayat 38-42: Bagi da’i hendaknya memperhatikan waktu yang tepat untuk berdakwah dan maksud mimpi dua kawan Nabi Yusuf ‘alaihis salam.

وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ مَا كَانَ لَنَا أَنْ نُشْرِكَ بِاللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ذَلِكَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَشْكُرُونَ (٣٨) يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (٣٩) مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ أَمَرَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٤٠) يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَمَّا أَحَدُكُمَا فَيَسْقِي رَبَّهُ خَمْرًا وَأَمَّا الآخَرُ فَيُصْلَبُ فَتَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْ رَأْسِهِ قُضِيَ الأمْرُ الَّذِي فِيهِ تَسْتَفْتِيَانِ (٤١) وَقَالَ لِلَّذِي ظَنَّ أَنَّهُ نَاجٍ مِنْهُمَا اذْكُرْنِي عِنْدَ رَبِّكَ فَأَنْسَاهُ الشَّيْطَانُ ذِكْرَ رَبِّهِ فَلَبِثَ فِي السِّجْنِ بِضْعَ سِنِينَ (٤٢

Terjemah Yusuf Ayat 38-42

38. Dan aku mengikuti agama nenek moyangku: Ibrahim, Ishak, dan Ya'kub[16]. Tidak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Itu[17] adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya)[18]; tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur[19].

39. Wahai kedua penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu[20] ataukah Allah[21] yang Maha Esa[22] lagi Mahaperkasa[23]?

40. Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat, baik oleh kamu sendiri maupun nenek moyangmu. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang hal (nama-nama) itu[24]. Keputusan itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus[25], tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[26].

41. Wahai kedua penghuni penjara! Salah seorang di antara kamu[27], akan bertugas menyediakan minuman khamr bagi tuannya[28]. Adapun yang seorang lagi[29] dia akan disalib, lalu burung memakan sebagian kepalanya[30]. Telah terjawab perkara yang kamu tanyakan (kepadaku)[31]."

42. Dan dia (Yusuf) berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat[32] di antara mereka berdua, "Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu[33]." Maka setan menjadikan dia lupa untuk menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu dia (Yusuf) tetap dalam penjara beberapa tahun lamanya[34].

[1] Yakni di kota Mesir.

[2] Al ‘Aziz sebutan bagi pembesar di Mesir. Istri Al ‘Aziz di sini adalah istri Qithfir.

[3] Yakni hal ini perkara yang memalukan, ia adalah wanita yang berkedudukan tinggi, dan suaminya pun berkedudukan tinggi. Namun ia malah merayu pelayannya yang berada di bawahnya dan memberikan dirinya untuk pelayannya.

[4] Yakni karena terjadi hal yang tidak patut terjadi ini.

[5] Yakni ghibahnya.

[6] Yang siap dengan permadani dan bantal, demikian pula makanan yang enak yang di antaranya ada makanan yang butuh dipotong dengan pisau, bisa berupa buah utruj (limau) atau lainnya.

[7] Karena keelokan rupa yang dimilikinya tidak seperti laki-laki pada umumnya. Setelah kaum wanita mengakui keelokan Yusuf pada fisiknya, istri Al ‘Aziz menunjukkan keelokan batinnya yang memiliki rasa ‘iffah (suci) secara sempurna dengan mengatakan kata-kata yang disebutkan pada ayat selanjutnya.

[8] Disebutkan dalam riwayat, bahwa kaum wanita itu menyuruh Yusuf menaati majikannya. Kemudian Yusuf mengucapkan kata-kata seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.

[9] Nabi Yusuf 'alaihis salam lebih mengutamakan dipenjara dan menerima penderitaan duniawi daripada kesenangan sesaat yang menghendaki untuk menerima azab yang berat.

[10] Karena sesungguhnya aku lemah.

[11] Ya, termasuk kebodohan adalah jika seseorang lebih mengutamakan kesenangan sesaat (dengan berbuat maksiat dan tidak bersabar) daripada kesenangan yang kekal selama-lamanya (dengan berbuat taat dan bersabar).

[12] Mereka senantiasa membujuknya dan menggunakan berbagai cara agar Yusuf mau memenuhi keinginan mereka, sampai mereka berputus asa; tidak berhasil membujuknya. Allah menghindarkan tipu daya mereka. Demikianlah Allah menyelamatkan Beliau dari fitnah dan ujian yang berat ini.

[13] Setelah mereka melihat kebenaran Yusuf, mereka memenjarakannya agar orang-orang tidak lagi membicarakan hal ini dan melupakannya.

[14] Menurut riwayat dua orang pemuda itu adalah pelayan-pelayan raja; seorang pelayan yang memberi minuman raja, sedangkan yang seorang lagi memberinya makan.

[15] Kata-kata ini untuk mendorong mereka berdua beriman, Beliau awali dengan kata-kata sebelumnya adalah agar mereka lebih dapat menerima ajakan Beliau untuk beriman kepada Allah.

[16] Setelah ini, Beliau menyebutkan ajaran agama nenek moyang Beliau.

[17] Yakni mentauhidkan-Nya atau memeluk agama Islam.

[18] Hal ini menunjukkan bahwa beragama Islam merupakan nikmat yang paling besar yang diberikan kepada manusia.

[19] Malah menyekutukan-Nya dengan sesuatu atau tidak masuk Islam. Kemudian Yusuf ‘alaihis salam dengan tegas mengajak mereka berdua beriman kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

[20] Ada yang berupa batu, pohon, binatang, malaikat, orang mati, dan lainnya.

[21] Yang memiliki sifat sempurna.

[22] Baik Dzat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatan-Nya, dan tidak ada sekutu dalam hal itu.

[23] Di mana segala sesuatu tunduk kepada kekuasaan-Nya, oleh karena itu apa yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa yang Dia tidak kehendaki, maka tidak akan terjadi. Sudah pasti, bahwa yang keadaaan dan sifatnya seperti ini lebih baik daripada tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu, yang hanya sebatas nama atau dinamai tuhan, namun tidak ada apa-apanya atau tidak memiliki sifat ketuhanan.

[24] Bahkan keterangan yang Allah turunkan adalah melarang menyembah mereka dan menyuruh menyembah hanya kepada-Nya, dan Dialah yang harus diikuti karena keputusan itu hanyalah milik-Nya; Dia yang memerintah dan melarang, menetapkan syari’at dan menetapkan hukum-hukum.

[25] Yakni yang menghubungkan kepada semua kebaikan, sedangkan agama selainnya tidak lurus, bengkok dan menghubungkan kepada keburukan.

[26] Mereka tidak mengetahui perkara yang sebenarnya atau tidak mengerti hakikat sesuatu, padahal perbedaan menyembah Allah dengan menyembah selain-Nya begitu jelas. Akan tetapi, karena ketidaktahuan mereka terjatuh ke dalam syirk. Nabi Yusuf mengajak kedua penghuni penjara untuk beriman, namun kami tidak mengetahui apakah keduanya beriman atau tidak. Jika keduanya beriman (masuk Islam) berarti mereka mendapatkan nikmat, tetapi jika mereka tetap berbuat syirk maka telah tegak hujjah bagi mereka.

[27] Yaitu si pemberi minum, di mana ia akan keluar setelah tiga tahun.

[28] Seperti biasanya.

[29] Yaitu orang yang bermimpi membawa roti di atas kepalanya, lalu sebagiannya dimakan oleh burung.

[30] Yusuf menakwil roti yang dimakan burung itu dengan daging dan lemak di kepalanya, dan apa yang ada di kepala berupa otak, dan bahwa orang ini akan dibunuh, setelah itu tidak dikubur dan tidak ditutupi dari burung-burung, bahkan disalib dan ditaruh di satu tempat yang memungkinkan burung untuk memakannya.

[31] Yakni baik kamu berdua percaya atau tidak, bahwa hal itu akan terjadi.

[32] Yaitu pemberi minuman raja.

[33] Yakni mungkin saja dia akan kasihan terhadapku dan akan mengeluarkanku dari sini.

[34] Bidh’ adalah bilangan dari tiga sampai sembilan. Wahb bin Munabbih berkata, “Ayyub menerima cobaan selama tujuh tahun, dan Yusuf menerima cobaan selama tujuh tahun.” Ketika Allah Subhaanahu wa Ta'aala ingin menyempurnakan urusan-Nya dan mengizinkan untuk mengeluarkan Yusuf dari penjara, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menentukan sebab yang membuat Yusuf keluar dari penjara dan berkedudukan tinggi di Mesir. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memperlihatkan kepada raja mimpi yang aneh dan menjadikan Yusuf mampu menakwilkan mimpi itu, sehingga keutamaannya semakin jelas, dan ilmunya semakin nampak yang menjadikannya berkedudukan tinggi di dunia dan akhirat.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar