Keutamaan dan Kemuliaan Sifat Sabar
Bahkan inilah yang diperintahkan Allâh Azza wa Jalla kepada hamba dan Rasul-Nya yang paling mulia, Nabi Muhammad n ketika Beliau menghadapi kenyataan yang sangat pahit dan menyakitkan dari kaum kafir Quraisy yang menolak seruan dakwah Beliau n dan bahkan menyakiti Beliau dengan berbagai macam gangguan.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
Perintah Allah Subhanahu wa ta’ala untuk menetapi sifat sabar dalam menghadapi keadaan seperti itu menunjukkan bahwa hal ini pada akhirnya akan mendatangkan banyak kebaikan, karena sifat sabar memang merupakan sebab utama turunnya pertolongan dari Allah Subhanahu wa ta’ala kepada hamba yang menetapinya.
Keutamaan dan Kemuliaan Sifat Sabar.
Keutamaan dan kemuliaan ini banyak disebutkan dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
Imam Asy-Syaukani berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa pahala dan ganjaran kebaikan orang-orang yang bersabar tidak ada batasnya. Ini adalah keutamaan besar dan ganjaran kebaikan agung yang mengandung arti bahwa setiap orang yang mendambakan pahala (dari) Allah dan menginginkan balasan kebaikan di sisi-Nya maka hendaknya dia menetapi sifat sabar, mengikatkan diri dengannya dan berpegang teguh padanya.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
Maksud dari kebersamaan atau bersama Allah dalam ayat diatas adalah al-ma’iyyah al-khashshah (kebersamaan khusus) yang mengandung makna limpahan pertolongan, taufik, penjagaan, dan perlindungan-Nya bagi hamba tersebut. Kebersamaan ini khusus bagi para hamba Allah Subhanahu wa ta'ala yang beriman dan memiliki sifat-sifat mulia.
Dalam sebuah hadits yang shahih, dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sebagaimana hadits ini juga menunjukkan bahwa sifat sabar tidak akan diraih kecuali dengan taufik dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan dengan bersungguh-sungguh berusaha melatih dan membiasakan diri menetapi sifat tersebut, demikian pula sifat-sifat mulia lainnya dalam Islam.
Dan masih banyak dalil-dalil lain yang menjelaskan tingginya kemuliaan dan keutamaan sifat agung ini.
Makna Sabar dan Hakikatnya.
Arti sabar secara etimologi adalah al-habs (menahan/mencegah), maka makna sabar adalah menahan diri dari berputus asa, dan menahan lisan dari keluh kesah, serta menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang Allah Subhanahu wa ta'ala. Inilah arti kesabaran yang indah yang Allah Subhanahu wa ta'ala perintahkan dalam firman-Nya:
Tentu saja hal ini akan dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala bagi hamba-Nya karena keimanannya yang kuat dan pengharapannya terhadap balasan pahala di sisi Allah Subjanahu wa ta'ala.
Imam Sa’id bin Jubair berkata, ''Kesabaran itu adalah pengakuan seorang hamba kepada Allah atas musibah yang menimpa dirinya (bahwa itu semua dari sisi-Nya) dan pengharapannya terhadap balasan pahala di sisi-Nya. Sungguh terkadang seorang hamba bersedih, akan tetapi dia berusaha menahan diri, tidak terlihat darinya kecuali kesabaran''.
Inilah sebab besar limpahan hidayah dan taufik dari Allah Subhanahu wa ta'ala ke dalam hati seorang hamba yang merupakan landasan utama segala kebaikan, sekaligus sebagai sebab yang meringankan musibah yang menimpa hamba tersebut, disertai balasan pahala yang agung di sisi-Nya.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah Subhanahu wa ta'ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya.''
Sedangkan hakikat sabar adalah seperti yang dipaparkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah yaitu, “Akhlak mulia yang termasuk perangai jiwa (yang luhur), dengannya seorang hamba akan menjauhi perbuatan buruk dan tidak terpuji. Sifat ini merupakan bagian dari kekuatan jiwa yang menjadikan baik dan lurus keadaannya''.
Adapun rukun sabar ada tiga yaitu:
Seperti menampar wajah (ketika terjadi musibah), merobek pakaian, memotong rambut dan sebagainya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Poros sifat sabar berkisar pada tiga rukun ini, sehingga barang-siapa yang menunaikan ketiga rukun ini dengan benar maka musibah yang menimpanya akan berganti menjadi anugerah, bencana berubah menjadi karunia, dan hal yang tidak disukainya berubah menjadi kesenangan. Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta'ala tidak mengujinya (dengan musibah) untuk membinasakannya, akan tetapi hal itu untuk menguji kesabaran dan ‘ubudiyyah (penghambaan diri)nya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Para Ulama juga menjelaskan bahwa sabar itu ada tiga macam yaitu sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala , sabar dalam meninggalkan larangan-larangan-Nya, dan sabar dalam menghadapi ketentuan takdir-Nya yang menimpa manusia.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلًا
Artinya: ''Maka bersabarlah kamu dengan kesabaran yang indah.'' [Q.S. Al-Ma’arij/70:5]
Perintah Allah Subhanahu wa ta’ala untuk menetapi sifat sabar dalam menghadapi keadaan seperti itu menunjukkan bahwa hal ini pada akhirnya akan mendatangkan banyak kebaikan, karena sifat sabar memang merupakan sebab utama turunnya pertolongan dari Allah Subhanahu wa ta’ala kepada hamba yang menetapinya.
Keutamaan dan Kemuliaan Sifat Sabar.
Keutamaan dan kemuliaan ini banyak disebutkan dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: ''Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan disempurnakan (ganjaran) pahala mereka (pada hari kiamat kelak) tanpa batas.'' [Q.S. Az-Zumar /39:10].
Imam Asy-Syaukani berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa pahala dan ganjaran kebaikan orang-orang yang bersabar tidak ada batasnya. Ini adalah keutamaan besar dan ganjaran kebaikan agung yang mengandung arti bahwa setiap orang yang mendambakan pahala (dari) Allah dan menginginkan balasan kebaikan di sisi-Nya maka hendaknya dia menetapi sifat sabar, mengikatkan diri dengannya dan berpegang teguh padanya.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya: ''Hai orang-orang yang beriman! Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar.'' [Q.S. Al-Baqarah: 153]
Maksud dari kebersamaan atau bersama Allah dalam ayat diatas adalah al-ma’iyyah al-khashshah (kebersamaan khusus) yang mengandung makna limpahan pertolongan, taufik, penjagaan, dan perlindungan-Nya bagi hamba tersebut. Kebersamaan ini khusus bagi para hamba Allah Subhanahu wa ta'ala yang beriman dan memiliki sifat-sifat mulia.
Dalam sebuah hadits yang shahih, dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
Atinya: ''Barangsiapa yang sungguh-sungguh berusaha untuk bersabar maka Allah akan memudahkan kesabaran baginya. Dan tidaklah sesorang dianugerahkan (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ) pemberian yang lebih baik dan lebih luas (keutamaannya) dari pada (sifat) sabar.
Sebagaimana hadits ini juga menunjukkan bahwa sifat sabar tidak akan diraih kecuali dengan taufik dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan dengan bersungguh-sungguh berusaha melatih dan membiasakan diri menetapi sifat tersebut, demikian pula sifat-sifat mulia lainnya dalam Islam.
Dan masih banyak dalil-dalil lain yang menjelaskan tingginya kemuliaan dan keutamaan sifat agung ini.
Makna Sabar dan Hakikatnya.
Arti sabar secara etimologi adalah al-habs (menahan/mencegah), maka makna sabar adalah menahan diri dari berputus asa, dan menahan lisan dari keluh kesah, serta menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang Allah Subhanahu wa ta'ala. Inilah arti kesabaran yang indah yang Allah Subhanahu wa ta'ala perintahkan dalam firman-Nya:
فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلًا
Artinya: ''Maka bersabarlah kamu dengan kesabaran yang indah.'' [Q.S. Al-Ma’arij /70:5].
Tentu saja hal ini akan dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala bagi hamba-Nya karena keimanannya yang kuat dan pengharapannya terhadap balasan pahala di sisi Allah Subjanahu wa ta'ala.
Imam Sa’id bin Jubair berkata, ''Kesabaran itu adalah pengakuan seorang hamba kepada Allah atas musibah yang menimpa dirinya (bahwa itu semua dari sisi-Nya) dan pengharapannya terhadap balasan pahala di sisi-Nya. Sungguh terkadang seorang hamba bersedih, akan tetapi dia berusaha menahan diri, tidak terlihat darinya kecuali kesabaran''.
Inilah sebab besar limpahan hidayah dan taufik dari Allah Subhanahu wa ta'ala ke dalam hati seorang hamba yang merupakan landasan utama segala kebaikan, sekaligus sebagai sebab yang meringankan musibah yang menimpa hamba tersebut, disertai balasan pahala yang agung di sisi-Nya.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: ''Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.'' [Q.S. At-Taghabun /64:11]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah Subhanahu wa ta'ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya.''
Sedangkan hakikat sabar adalah seperti yang dipaparkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah yaitu, “Akhlak mulia yang termasuk perangai jiwa (yang luhur), dengannya seorang hamba akan menjauhi perbuatan buruk dan tidak terpuji. Sifat ini merupakan bagian dari kekuatan jiwa yang menjadikan baik dan lurus keadaannya''.
Adapun rukun sabar ada tiga yaitu:
- Menahan diri dari sikap murka terhadap segala ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala
- Menahan lisan dari keluh kesah (kepada selain Allah Subhanahu wa ta’ala)
- Menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang (Allah Subhanahu wa ta’ala).
Seperti menampar wajah (ketika terjadi musibah), merobek pakaian, memotong rambut dan sebagainya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Poros sifat sabar berkisar pada tiga rukun ini, sehingga barang-siapa yang menunaikan ketiga rukun ini dengan benar maka musibah yang menimpanya akan berganti menjadi anugerah, bencana berubah menjadi karunia, dan hal yang tidak disukainya berubah menjadi kesenangan. Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta'ala tidak mengujinya (dengan musibah) untuk membinasakannya, akan tetapi hal itu untuk menguji kesabaran dan ‘ubudiyyah (penghambaan diri)nya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Para Ulama juga menjelaskan bahwa sabar itu ada tiga macam yaitu sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala , sabar dalam meninggalkan larangan-larangan-Nya, dan sabar dalam menghadapi ketentuan takdir-Nya yang menimpa manusia.