Taati Perintah dan Ikuti Sunnah Nabi Shalllahu alaihi wa sallam
Allah Subhanahu wa ta'la menurunkan Rasul-Nya, untuk seluruh ummat Manusia. Petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik petunjuk dan syari’at Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah syari’at paling sempurna. Tidak boleh seorangpun mengesampingkan syari’at Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengedepankan syari’at orang lain manapun.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah menegaskan bahwa orang yang menganggap petunjuk selain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih sempurna dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau hukum selain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih baik dari hukum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia kafir. Beliau juga menegaskan, siapa saja yang berkeyakinan bahwa ada sekelompok orang di antara umat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak wajib mengikuti petunjuk Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bebas untuk tidak terikat dengan syari’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti halnya Khadhir bebas dan tidak terikat dengan syari’at Musa Alaihissallam, maka ia kafir.
Dengan demikian, wajib bagi setiap Muslim untuk taat dan patuh menjalankan setiap perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta patuh meninggalkan setiap larangan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Dalam banyak ayat al-Qurʹan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di antaranya:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
Jadi keimanan seseorang terikat pada ketaatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Al-Qurʹan menjelaskan bahwa keimanan yang ada di dalam hati itu sendiri menuntut amaliah secara lahir. Seperti yang tersebut dalam firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala. sebagai berikut:
Syaikhul Islam rahimahullah menjelaskan, bahwa: Allah Subhanahu wa ta’ala menyatakan tidak adanya keimanan pada diri orang yang berpaling dari ketaatan kepada Rasul Nabi Muhammad Shallahu alaihi wa sallam. Allah juga memberitakan bahwa orang-orang beriman bila dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, maka mereka mendengar dan taat. Maka Allâh menjelaskan bahwa yang demikian ini merupakan konsekuensi keimanan.
Dengan demikian, orang yang beriman adalah orang yang taat kepada Allah Azza wa Jalla . Sedangkan orang yang taat kepada Allah adalah orang yang taat kepada RasulNya. Siapapun yang mengaku beriman tetapi tidak taat kepada Allâh dan RasulNya, maka sesungguhnya ia bukan orang yang beriman.
Nah untuk mengharapkan terwujudnya sikap patuh seperti ini setelah manusia menjadi dewasa padahal mereka tidak mengenyam pendidikan agama yang benar, maka akan jauh panggang dari api, akan teramat sulit, kecuali jika Allâh menganugerahkan rahmat kepadanya.
Jelas, dengan taufiq Allah Subhanahu wa Ta’ala , akan lebih mudah membentuk sikap patuh itu pada saat seseorang masih berusia dini. Untuk itu setiap orang tua, setiap pendidik dan siapapun yang memiliki atensi terhadap masalah pendidikan, hendaknya tidak melewatkan kesempatan brilian ini.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ، وَعَلَا صَوْتُهُ، وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ، حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ: «صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ»، وَيَقُولُ: «بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ»، وَيَقْرُنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ، وَالْوُسْطَى، وَيَقُولُ: «أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ»…الحديث…رواه مسلم
Artinya: ''Dari Jâbir bin Abdillah z yang mengatakan, “Pernah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berkhutbah kedua mata Beliau memerah, suaranya meninggi, dan kemarahannya mengeras, sampai keadaannya seakan-akan seperti komandan perang yang mengingatkan pasukannya seraya berkata, ‘Awas kalian akan diserang pagi-pagi, awas kalian akan diserang petang hari.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku diutus sedangkan (jarak) antara aku dengan hari kiamat (adalah) laksana dua hal ini.’ (Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan dua jarinya; jari telunjuk dan jari tengah). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Amma ba’du: Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk perkara adalah perkara yang di ada-adakan secara baru dalam urusan agama, dan setiap yang bid’ah adalah sesat''. Al-Hadits.[Hadits Riwayat. Imam Muslim ]
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah menegaskan bahwa orang yang menganggap petunjuk selain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih sempurna dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau hukum selain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih baik dari hukum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia kafir. Beliau juga menegaskan, siapa saja yang berkeyakinan bahwa ada sekelompok orang di antara umat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak wajib mengikuti petunjuk Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bebas untuk tidak terikat dengan syari’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti halnya Khadhir bebas dan tidak terikat dengan syari’at Musa Alaihissallam, maka ia kafir.
Dengan demikian, wajib bagi setiap Muslim untuk taat dan patuh menjalankan setiap perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta patuh meninggalkan setiap larangan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Dalam banyak ayat al-Qurʹan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di antaranya:
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ ۖ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
Artinya: ''Katakanlah (Hai Muhammad): Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu berpaling, maka Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir. [Q.S. Ali ‘Imran/3:32]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ، فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ، وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ. رواه مسلم
Artinya: ''Apa saja yang aku larang kamu darinya maka jauhilah, dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu, maka lakukanlah semaksimal kamu mampu. Sesungguhnya yang menyebabkan orang-orang sebelum kamu binasa adalah banyaknya pertanyaan mereka dan penyelewengan mereka terhadap (ketetapan) para nabinya.'' [Hadits Riwayat. Imam Muslim ]
Jadi keimanan seseorang terikat pada ketaatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Al-Qurʹan menjelaskan bahwa keimanan yang ada di dalam hati itu sendiri menuntut amaliah secara lahir. Seperti yang tersebut dalam firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala. sebagai berikut:
وَيَقُولُونَ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّىٰ فَرِيقٌ مِنْهُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا أُولَٰئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ ﴿٤٧﴾ وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ ﴿٤٨﴾ وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ ﴿٤٩﴾ أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ ۚ بَلْ أُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿٥٠﴾ إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya: '' Dan mereka berkata: kami telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kami mentaati (keduanya). Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali bukanlah mereka itu orang-orang yang beriman. Dan jika mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu menguntungkan bagi hak mereka, mereka datang kepada Rasulullah dengan patuh…sampai pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya)…: Sesungguhnya jawaban orang-orang Muʹmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan RasulNya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. [Q.S. An-Nur/24:47-51]
Syaikhul Islam rahimahullah menjelaskan, bahwa: Allah Subhanahu wa ta’ala menyatakan tidak adanya keimanan pada diri orang yang berpaling dari ketaatan kepada Rasul Nabi Muhammad Shallahu alaihi wa sallam. Allah juga memberitakan bahwa orang-orang beriman bila dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, maka mereka mendengar dan taat. Maka Allâh menjelaskan bahwa yang demikian ini merupakan konsekuensi keimanan.
Dengan demikian, orang yang beriman adalah orang yang taat kepada Allah Azza wa Jalla . Sedangkan orang yang taat kepada Allah adalah orang yang taat kepada RasulNya. Siapapun yang mengaku beriman tetapi tidak taat kepada Allâh dan RasulNya, maka sesungguhnya ia bukan orang yang beriman.
Nah untuk mengharapkan terwujudnya sikap patuh seperti ini setelah manusia menjadi dewasa padahal mereka tidak mengenyam pendidikan agama yang benar, maka akan jauh panggang dari api, akan teramat sulit, kecuali jika Allâh menganugerahkan rahmat kepadanya.
Jelas, dengan taufiq Allah Subhanahu wa Ta’ala , akan lebih mudah membentuk sikap patuh itu pada saat seseorang masih berusia dini. Untuk itu setiap orang tua, setiap pendidik dan siapapun yang memiliki atensi terhadap masalah pendidikan, hendaknya tidak melewatkan kesempatan brilian ini.